Senin, 03 Oktober 2011

Ungu

Sejarah Ungu

Ungu terbentuk tahun 1996. Motor pembentuknya adalah Ekky (gitar) dan saat itu vokalisnya adalah Michael, sedangkan drum dipegang oleh Pasha Van derr Krabb. Tahun 1997, saat Ungu hendak manggung, Pasha Van derr Krabb 'menghilang' dan posisinya digantikan oleh Rowman. Enda yang sebelumnya adalah roadies-nya Ekky juga ikut bergabung dengan Ungu.

Tahun 2000, Ungu mulai mempersiapkan album pertama mereka, yang akhirnya dirilis 6 Juli 2002 bertajuk Laguku. Sebelumnya, Ungu ikut mengisi 2 lagu di album kompilasi Klik bersama Lakuna, Borneo, Piknik, dan Energy. Ke dua lagu tersebut adalah "Hasrat" dan "Bunga". Single pertama album ini, "Bayang Semu" menjadi ost. sinetron ABG (RCTI). Meski terbilang sukses, album ini baru mendapat Platinum Award setelah hampir 2 tahun album ini dirilis.

Saat hendak masuk dapur rekaman untuk album kedua, Ekky memutuskan keluar. Oncy yang saat itu baru keluar dari Funky Kopral dipilih untuk menggantikan Ekky. Album kedua Ungu Tempat Terindah dirilis Desember 2003. Album ini menjagokan "Karena Dia Kamu" sebagai single pertama dan "Suara Hati" dipilih sebagai single kedua. Baru empat bulan dirilis, penjualannya telah mencapai 80.000 (delapan puluh ribu) kopi. Jumlah yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan album pertama yang 'telah' mendapatkan platinum (150.000 kopi) dalam hitungan waktu satu setengah tahun.[1]

Pada tahun 2005, Ungu menjadi salah satu artis yang berkolaborasi dengan Chrisye di album terbaru Chrisye, "Senyawa".

Album Melayang dirilis Desember 2005. Di albumnya yang ketiga dengan single "Demi Waktu", Ungu mendapat double platinum.[2] Dengan hits Demi Waktu mengantarkan Ungu jadi MTV Exclusive Artis di bulan Desember 2005. Gaung "Demi Waktu" merambah negeri Jiran, Malaysia. Empat perusahaan label berebut untuk mendapatkan hak edar di sana. SRC, perusahaan yang menaungi Siti Nurhaliza akhirnya keluar sebagai pemenang.[3]

Ungu mengeluarkan sebuah mini album untuk menyambut Ramadhan 1427 H bertajuk SurgaMu yang dirilis September 2006.[4] Hanya dalam tempo sepuluh hari sejak rilis mini album SurgaMu, telah terjual sebanyak 150 ribu keping.[5] Bahkan Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi penghargaan 'Inspiring' atas album religi SurgaMu. Sayangnya, saat hendak menerima penghargaan di istana Wapres, Ungu yang mengenakan setelah jas yang dipadu celana jeans ditolak masuk ke dalam istana, dengan alasan pakaian yang tak sesuai dengan protokoler istana.[6]

Dalam Penghargaan MTV Indonesia 2006, Ungu masuk dalam 3 nominasi, yaitu Most Favorite Group/Band/Duo, Best Director "Demi Waktu" Abimael Gandy, dan Video of the Year "Demi Waktu".[7]

Ungu dengan dukungan "A Mild Live Productions" dan "Trinity Optima Productions" membuat buku biografi. Buku yang diberi judul "A Mild Live Ungu Book Magazine" itu diluncurkan pada Kamis, 10 Mei 2007, di Jakarta.[8] Dicetak sebanyak 40 ribu eksemplar, buku tersebut memuat biografi masing-masing personil, diskografi Ungu, foto-foto, dan bahkan chord lagu-lagu Ungu.[9]

Ungu juga sering terlibat dalam pembuatan album soundtrack. Ungu pernah menyumbangkan lagu untuk film Buruan Cium Gue yang dilarang edar. Ungu pun menyumbangkan 3 buah lagu untuk film Coklat Stroberi yakni dua lagu baru, "Disini Untukmu" dan "Sahabatku", serta mengikutkan lagu "Berjanjilah" dari album ketiga mereka Melayang.[10]

Dalam ajang "SCTV Music Awards 2007" di Balai Sidang Jakarta (JHCC), Ungu mendapat 4 kemenangan. Album SurgaMu yang diproduseri Trinity/Prosound membawa Ungu menjadi penerima penghargaan 'Album Religi', 'Lagu Paling Ngetop' dan 'Video Klip Paling Ngetop' untuk lagu "Andai Kutahu". Sedangkan Melayang dengan lagu andalan "Tercipta Untukmu" memenangkan kategori 'Album Pop Rock Duo/Grup'.[11]

Ungu kembali merilis album reguler keempatnya bertajuk Untukmu Selamanya. Album ini di-launching di empat negara sekaligus, yaitu 9 Agustus 2007 di Kuala Lumpur, Malaysia, 10 Agustus 2007 di Singapura, 12 Agustus 2007 Hongkong dan puncaknya 15 Agustus 2007 di Jakarta, Indonesia. Lagu andalan dalam album ini antara lain, "Kekasih Gelapku", "Cinta dalam Hati", "Apalah Arti Cinta" dan "Ijinkan Aku".[12]

Menyambut Ramadhan 1428 H, Ungu merilis album religi lagi yang berbentuk mini album bertajuk Para Pencari-Mu. Dalam album ini Ungu berkolaborasi dengan ustad Jeffry Al Buchori.[13] Album ini hanya berisi lima lagu, yaitu "Para PencariMu", "Sembah Sujudku", "Surga Hati", "Sesungguhnya", dan "Tuhanku". Sebelum mini album ini dirilis, tiga dari lima lagu telah terpilih sebagai soundtrack sinetron religi yang tayang selama Bulan Ramadhan.[14]

Ungu kembali meraih penghargaan untuk kategori 'Band Ngetop' di ajang SCTV Awards 2007, yang berlangsung di JCC Senayan Jakarta, Jumat, 24 Agusutus 2007. Dalam ajang itu, Ungu berhasil menyisihkan grup band lainnya, seperti Ada Band, Peterpan, Radja, dan pendatang baru yang mendadak populer, Kangen Band. Pada tahun 2007, Ungu bersama Samsons dan Naff, dijuluki 'The Rising Star' band oleh penyelenggara konser musik akbar Soundrenaline, A Mild Live Productions dan Deteksi Productions, juga oleh raksasa label rekaman Musica Studio.[15]

Ini cerita sebuah band tanah air yang bertahan dari ragam badai yang bertubi mengantam mereka. Bermodalkan satu single untuk sebuah sinetron remaja  band ini mulai dikenal. Tanpa merubah konsep musiknya band ini lantas merubah imej fashion menjadi gothic di album kedua. Hasilnya? Sebuah majalah remaja  menulis mereka sebagai band paling “cupu” dan layak bubar.

Perjuangan mereka kembali tersandung saat lagu yang mereka ciptakan untuk sebuah film remaja batal rilis karena filmnya dilarang beredar oleh Badan Sensor Film.  Tapi saat merilis album ketiga yang menjadi penentuan, nasib band ini berubah! Bermodalkan lagu-lagu balada pop mendayu dengan praduser Krisna J.Sadrach yang juga vokalis dan bassis band metal Suckerhead, nama mereka naik ke permukaan. Apalagi saat lebaran kemarin sebuah mini album religi mereka rilis. Lagu-lagu mereka menjadi hits, Ringback Tone laris manis,  jadwal panggung penuh terisi sampai pertengahan tahun 2007. Tetapi sebuah tragedi tiba-tiba menimpa, saat tampil di Pekalongan,10 nyawa penonton melayang saat berebutan keluar dari stadion setelah menyaksikan mereka! Inilah panggung roller coaster  sebuah band sendu bernama Ungu.


Stadion Harapan Bangsa, Aceh yang berlokasi sekitar 20 menit keluar luar pusat kota Banda Aceh sore itu penuh sesak oleh lautan manusia yang ingin menyaksikan idola mereka yang bernama Ungu. Ungu bagi masyarakat Aceh yang didominasi kaum muslim tentu menjadi idola yang sangat khusus. Dengan lagu-lagu rohani Ungu dari album SurgaMu nama Ungu berhasil menancap kuat di masyarakat Aceh dan bagi kuping orang Indonesia. Saat “panutan” lain sibuk berpoligami dan yang yang satu lagi terlalu “model” untuk menjadi idola dalam konteks rohani. Ragam busana penonton tampak terlihat. Dari yang bersandal jepit, memakai kopiah, atau berdandan tidak kalah dengan para personel Ungu sendiri. Pemandangan lain muncul dari banyaknya penonton perempuan yang mengenakan jilbab atau kerudung. Tiket yang murah membuat lapangan yang disebelah kanannya bertenger bangunan raksasa mirip doom dengan atap banyak terkelupas itu penuh sesak oleh lautan manusia. Diantara ketinggian bangunan tersebut ratusan orang duduk dan mengarahkan pandangan mereka ke panggung untuk menyaksikan penampilan Ungu. Mereka ingin ikut menonton idola mereka juga, tetapi secara gratis. Panitia membiarkan penonton tanpa tiket tersebut mengintip dari luar panggung.

Penonton di depan panggung seperti tradisi pertunjukan di Aceh dipisahkan untuk kaum laki-laki dan perempuan. Daerah Aceh memang ketat kalau menyangkut ajaran yang bersumberkan pada agama. Hukum dalam Islam menyebutkan laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim (memiliki ikatan perkawinan atau keluarga) dilarang untuk campur dalam satu ruang. Kali ini hukum tersebut diberlakukan untuk puluhan ribu penonton yang menyemut di lapangan Stadion Harapan Bangsa, Aceh. Awalnya cukup efektif pemisahan ini. Tapi saat konser dimulai kaum laki-laki mulai menyebar dan nekat masuk ke area penonton perempuan. Yang perempuan seperti tidak peduli mereka juga mulai memasuki area laki-laki. Manusiawi.

Saat itu di belakang panggung lima personel Ungu sedang menyiapkan diri. Dengan kostum khas berupa produk clothing dari distro yang selalu mereka kenakan Ungu sudah siap melayangkan lagu-lagu hits mereka di Aceh. Ini kota kedua Rolling Stone mengikuti mereka. Sehari sebelumnya Ungu konser di Medan. Tampak vokalis Sigit Purnomo Syamsuddin Said (Pasha), bassis Makki Omar Parikesit (Makki), gitaris Arlonsy Miraldi (Oncy) dan Franco Medjaya Kusumah (Enda), serta drummer M. Nurohman (Rowman) mulai membuat lingkaran kecil untuk berdoa dan persiapan terakhir bersama sound enginer Imran Sati dan additional player Gatot. Ritual yang selalu mereka laksanakan katannya. Masih sempat beberapa wartawan lokal mengajak foto bersama personel Ungu. Tak ketinggalan beberapa anggota keamanan ikut meet & greet dadakan di backstage. Ungu melayani dengan ramah dan sabar. Senyum selalu mereka pamerkan.

Saatnya tiba. Satu persatu mereka naik ke atas panggung yang berdiri kokoh. Mereka tidak lantas menuju posisi masing-masing, Sambil menunggu waktu MC memanggil Ungu, diantara mereka duduk diantara tumpukan sound system diatas panggung. Tampak Pasha duduk dengan muka sedikit tegang. “Masih suka nervous kalau manggung?” Tanya Rolling Stone yang duduk persis di sebelah Pasha diatas panggung dibalik tumpukan sound system. “Ehm…enggak juga, tergantung kotanya sih!” Lalu Pasha tampak menyalakan telepon untuk menghubungi seseorang. Di layar handphone miliknya tertera 2 misscall. Wallpaper hadphone Pasha memuat foto dirinya beserta istri dan dua anaknya. Pasha rupanya menghubungi nomor yang meninggalkan tanda miscall di handphone miliknya. Suaranya perlahan saat menelpon. Di depan Pasha, berdiri sang pendiri Ungu, Makki yang bersiap-siap dengan bass warna coklat yang dipegangnya erat. Tampak dibagian belakang bass milik Makki tergantung sepatu anak kecil warna putih bercampur merah. “Ini sepatu anak gue,” jawab bassis yang pernah membuka konser John Mallencamp di Amerika ini saat ditanya sepatu siapa itu.

Saat MC setempat memanggil nama Ungu semua personel langsung menuju posisi masing-masing. Asap pekat dari gun smoke mengiringi kedatangan mereka di panggung. Oncy berada di sayap kiri panggung. Enda di sayap kanan panggung. Bersahutan penonton wanita meneriakan nama Oncy dan Enda. Tidak hanya Pasha sumber magnet pesona di Ungu, dua gitaris ini juga kerap menuai teriakan histeris dari fans. Makki tampak berdiri tenang di depan drum set milik Rowman yang juga siap beradu insting dengan Makki untuk menciptakan landasan utama musik Ungu di konser ini. Pasha masih duduk terduduk di belakang.

Semenit kemudian intro lagu “SurgaMu” terdengar. Ungu rupanya memilih lagu lembut untuk mengawali penampilan mereka di bumi yang mayoritasnya berpenduduk muslim ini. Sebuah strategi yang jitu. Terbukti Pasha yang mulai menyanyi di backstage dan melangkah pelan menuju depan panggung tak perlu bersusah payah menyuaraan lirik lagu penuh doa pada Tuhan ini. Sekitar 20.000 penonton tanpa di komando memberikan choir mereka. Lagu yang sampai saat ini masih laris manis dan bercokol di chart Ringback Tone ini membuat lautan penonton larut dalam paduan suara massal yang menggetarkan. Merinding menyaksikan lagu yang lebih mendekati doa itu menjadi doa massal yang dipimpin “Ustad” Pasha lewat doa musikalnya. Lagu “Tak Perlu” yang menjadi lagu kedua sukses menjadi komposisi estafet untuk mengiring choir massal sore itu. Penonton mulai mengeliat. Bumi bergetar. Semua melompat. Beberapa penonton wanita mulai berjatuhan. Rata-rata susah nafas karena berdempetan. Tetapi mobil ambulance dan petugas medis  segera memberi pertolongan.

Tiba-tiba saat lagu ketiga “Berjanjilah” dibawakan dan mendekati akhir, dari sebelah kanan depan tepat di depan Pasha tampak seorang remaja berkulit gelap dan berambut lurus mengacungkan jari tengah kearah Pasha. Simbol fuck you. Sebuah penanda ekstrim yang dipamerkan di depan Pasha membuat vokalis kelahiran Donggala ini meradang. Emosinya meledak. “Kalau berani nanti kita selesaikan secara jantan di belakang panggung,” kata Pasha meladeni sambil menunjuk ke remaja yang mengacungkan jari tengahnya itu padanya. Suaranya tidak meninggi, tapi tegas. Pihak security lantas mengamankan remaja tersebut ke belakang panggung.

Seperti tak terjadi apa-apa, Pasha kembali memimpin pasukan Ungu untuk menghipnotis massa di depan panggung. “Mau cinta? Ok, Enda beri mereka cinta,” kata Pasha yang langsung disambut bunyi intro gitar Enda melantunkan “Beri Aku Cinta”. Berikutnya lewat lagu-lagu andalan mereka seperti “Aku Bukan Pilihan”, “Andai Ku Tahu”, dan “Tercipta Untukku” mengalir bergantian. Entah karena tergangu dengan insiden fuck you atau karena sebab lain penampilan Pasha tampak kurang maksimal. Sehari sebelumnya di Medan padahal Ungu tampil memukau. Konser Ungu sore itu ditutup oleh anthem panggung kebesaran mereka yang selalu menjadi komposisi paling akhir, “Bayang Semu”. Lagu yang juga menjadi salam perkenalan Ungu di musik Indonesia dan membuat mereka tur keliling Indonesia lebih dari 100 kota. Sebuah pertunjukan yang memukau dan sukses.

Pasha setelah menuntaskan lagu “Bayang Semu” berlari ke belakang panggung meninggalkan empat rekannya yang lain. Seorang security mengiringi langkah Pasha sambil berlari. Security tersebut memberitahu Pasha lokasi anak yang mengacungkan jari tengah kepadanya itu. Rupanya remaja tersebut sudah diamankan di bawah panggung ditemani beberapa anggota keamanan. Tampak sesekali terdengar suara, “Temuin dulu Pasha sama anak tadi”. Entah siapa yang mengeluarkan kalimat dan ide tersebut. Kejadiannya begitu cepat. Tanpa membayangkan yang akan terjadi begitu Pasha bertemu anak itu amarah Pasha muncul kembali, tanpa bicara sepatah katapun Pasha langsung melayangkan sebuah pukulan dan mengenai muka anak tersebut. Tampak kata-kata terucap dari mulut Pasha. Pasha membayar “lunas” simbol fuck you yang diarahkan padanya. Si anak yang juga tampak kaget meminta maaf pada Pasha. Bahkan gestur badannya yang membungkuk membuat dirinya seolah menyembah dan mengaku salah pada Pasha. Semua panik. Puluhan orang yang berada di belakang panggung kaget.  Aparat keamanan dengan sigap mengamankan situasi. “Bawa Ungu keluar dari sini segera” kata beberapa suara saling bersahutan. Ngeri sesuatu akan terjadi. Personel Ungu lain segera masuk ke mobil yang sudah disiapkan. Rombongan Ungu berhasil di evakuai dengan tiga mobil dari kerumunan massa yang mulai merubung ke belakang panggung untuk menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi. Si anak yang dipukul tampak diamankan petugas. Massa mulai merubung ingin mengetahui apa yang terjadi. Berita menyebar cepat. Beruntung semua bisa dikendalikan oleh pihak panitia dan petugas yang sigap mengantisipasi keadaan.

Rolling Stone yang tepat berada di belakang rombongan mobil yang membawa Ungu menuju hotel tempat mereka menginap mencoba menghubungi Yudith, road manajer Ungu untuk meminta waktu untuk bisa melakukan interview dengan Pasha. Sebelumnya Yudith memang sempat menjanjikan memberikan waktu interview dengan Pasha setelah Ungu menuntaskan konser di Aceh. Tetapi melihat kondisi terjadi insiden entah akan dipenuhi tidak janji yang sudah diberikan.  Jawaban yang didapat sungguh diluar dugaan. “Kita istirahat dan mandi dulu sebentar ya, nanti aku hubungi lagi kalau Pasha sudah siap,” tertera pesan lewat layanan SMS. Rupanya insiden diatas tidak lantas membuat sesi interview batal.

Saat Rolling Stone masuk ke kamar Pasha tampak vokalis kharismatik ini cuma mengenakan celana dalam warna abu-abu muda. “Hai, apa kabar. Sebentar ya gue ganti baju dulu. Santai, masuk saja dulu. Wah kalau tidak salah gue terakhir ketemu lu pas di Musica ya? Pas gue lagi beresin album kompilasi Titiek Puspa,” sapanya ramah. Kami terakhir bertemu memang sekitar 2 tahun lalu saat Pasha mengisi suara untuk lagu “Marilah Kemari” yang disuarakan oleh banyak vokalis. Sambil tiduran dan menyelimuti badannya dengan selimut hotel yang tebal Pasha mulai bicara. “Konser yang seru. Tapi tadi sempat ada insiden ya. Marah?” tanya Rolling Stone. “Iya, tadi gue marah,” katanya jujur. Suaranya pelan. Seperti ada penyesalan terkandung di kata-kata terucap dari mulutnya. Menurut vokalis yang sudah dikaruniai dua anak ini dia marah karena dirinya datang ke Aceh untuk menghibur. Bukan untuk mencari musuh. Saat ada yang “menantang” dirinya, harga dirinya seolah bergejolak.

“Kita datang jauh-jauh berharap disini akan disambut baik. Dan mereka menyembut baik. Tapi ada nilai setitik. Ini yang mengacaukan semuanya. Dan gue kan frontline. Gue orang depan. Jadi kalau ada yang mengganggu kayak gitu… Buat gue kalau kalau cuma sekedar mengganggu mereka berantem itu hal yang wajar. Tapi kalau sudah secara personal ngacungin jari tengah ke gue. Itu sudah personal. Bukan antara penonton dan Ungu. Berarti lu ada masalah dengan gue. Ya ayo kita selesaikan secara personal. Ok, gue bukan orang bule tapi mengacungkan jari tengah itu kan hal yang nggak bagus. Gue nggak tahu sebenarnya artinya apa. Tapi seluruh dunia tahu itu artinya tidak sopan,” kata Pasha emosional. Menurut Pasha apa yang sudah dilakukan orang tersebut sudah sangat keterlaluan. Terlalu sengaja dan sangat frontal. “Semua Cuma satu orang itu, jadinya gue jadi langsung nggak mood. Ada yang ngganjel. Ibaratnya seperti pas istri gue lagi masak tiba-tiba dia gue tampar. Dia lagi semangat bikin masakan buat gue. Pasti kaget. Itu yang terjadi saat itu,” kata Pasha memberikan gambaran akan situasi yang dia hadapi. Pasha juga manusia biasa, bisa marah seperti manusia normal. Wajar. Menurutnya kejadian di backstage selepas tampil di Aceh itu yang pertama baginya.

_____________________________________

Pasha sempat hendak dikeluarkan dari Ungu. Sebelum merilis album perdana Laguku band ini terdiri dari Pasha (vokal), Makki (bass), Gatot (keyboard), Eky (gitar), serta Pasha (drum). Posisi Enda saat itu masih sebagai additional gitaris.  Mereka sempat tampil dalam kompilasi Klik! bersama Lakuna, Borneo, Piknik dan Energy rilisan Warner Music Indonesia. Saat hendak rilis di kompilasi Klik! lewat lagu “Hasrat” dan “Bunga” nama Ungu menghadapi masalah dengan band lulusan festival rock milik Log Zhelebour yang juga bernama Ungu (kemudian band milik Log Zhelebour ini berubah menjadi U9). Setelah dibantu Chico Hendarto yang saat itu bekerja di Warner Music Indonesia nama Ungu akhirnya dipatenkan menjadi merek dagang band yang didirikan Makki dengan pihak Bar Management, badan usaha manajemen band yang terdiri dari Nungky, Wawan, serta Ragil. Nungky dan istrinya yang bernama Icha belakangan pada akhirnya yang kerap bergerilya mempromosikan ke media untuk “menjual” Ungu.

Adalah Anang Hermansyah yang memiliki studio Hijau yang memberikan fasilitas Ungu untuk merekam lagu-lagu mereka yang kemudian tertuang di album perdana, Laguku. “Saat itu memang cuma Anang dan Hijau yang tertarik dengan lagu-lagu Ungu. Saat proses rekaman Anang waktu itu sempat ngasih masukan soal pemain drum lama Ungu yang kurang kawin dengan Makki. Akhirnya setelah dibicarakan dengan yang lain masuklah nama Rowman menggantikan pemain drum lama,” kata Nungky yang saat ini telah menjadi lawyer di biro hukum Hotman Paris & Partners. Setelah demo album Laguku selesai Anang pula yang mengenalkan Bar Management dan Ungu pada Pak Handi, bos Hemaswara yang juga suami dari Indrawati Widjaya alias Ibu Acin, bos Musica Studio’s. Pak Handi saat itu tertarik dengan materi album Ungu dan memberikan demo Ungu pada A&R Hemaswara saat itu, Eel Ritongo yang mantan pemain drum Ada Band. Saat Ungu hendak sign, Eky melontarkan wacana bahwa vokal Pasha kurang layak dengan lagu-lagu Ungu. Tapi pendapat Eky, adik dari Ronald (Gigi, dr.pm, dan Evo) ditolah mentah-mentah oleh yang kain.

Karena semua personel selain dirinya tidak sepaham Eky lantas memilih keluar. Belakangan Eky membuat sebuah band bernama Vena. Gatot juga karena suatu hal memilih keluar dan sibuk dalam kegiatan wayang orang yang merupkan tradisi dari keluarganya. Namun belakangan Gatot kerap menjadi additional untuk studio dan live untuk Ungu. Jadilah saat merilis album Laguku Ungu terdiri dari empat orang saja. Single “Bayang Semu” berhasil mengukir prestasi saat menjadi theme song sinetron ABG di RCTI. Nama Ungu mulai dikenal luas. Panggung Ungu mulai ramai. Pihak manajemen waktu itu (Bar Productions) mengusulkan untuk menambah personel. Terpikirkan beberapa nama, tapi yang masuk dalam pasukan di Ungu adalah Oncy yang sebelumnya sempat dikenal sebagai gitaris band remaja enerjik, Funky Kopral. Dengan lima personel band ini mulai dikenal. Tapi belum dikenal secara mainstream. Saat itu belum ada Ringback Tone dan layanan digital lain. Pemasukan untuk band hanya dari penjualan CD dan kaset serta panggung pertunjukan.

Sebelum mengerjakan album kedua, Tempat Terindah mereka duduk bersama memikirkan bagaimana jika mereka bisa mencuri perhatian lewat album keduanya. Soal fashion adalah yang paling pertama terlintas. Adalah Makki yang kerap bermain dengan Ody dari band Syc Minded yang kabarnya mencetuskan ide untuk memakai kostum serba gothic di album kedua mereka ini. Ody dikenal kerap memakai kostum gothic. Rupanya Makki tertarik dengan kostum gothic seperti yang biasa dikenakan Ody (Sampai saat ini Ody masih suka berdandan gothic, dan menjadi vokalis Getah). Walau pengaruh itu menurut Ody bukan karena Ungu melihat ke arah gaya berbusana Syc Minded. “Lebih tepatnya mungkin melihat ke Otong Koil mereka,” kata Ody yang ternyata sempat main musik di Amerika bersama Makki. Rupanya ide gothic itu disambut hangat oleh  yang lain. Terutama Enda yang pertama tertarik membeli sepatu new rock yang berat, mahal, dan berkesan gothic itu. Logo Ungu yang awalnya “bertanduk” satu di album ini berubah “bertanduk” dua. “Itu untuk menjadi penanda saja bahwa kami sudah menginjak album kedua, makanya tanduknya ada dua di album kedua,” jelas Makki.

Tetapi penjelasan lain soal tanduk tersebut muncul dari Nungky. Menurutnya saat melakukan foto untuk dipakai sebagai kover album, Ungu tampil gothic dengan baju serba hitam. Awalnya kover album mereka bergambar perempuan seksi yang ditampilkan menerawang. Untuk menunjang elemen fashion gothic seorang teman mereka bernama John Sebastian mengusulkan agar logo Ungu diberi tanduk. Jadilah seperti kepala bertanduk. Devil horn. Dedidude adalah orang yang akhirnya membuat desain logo Ungu yang bertaduk itu yang sebenarnya berasal dari huruf G yang ada di album perdana Ungu. Adalah Upie, bekas vokalis de Brur yang pertama membuat logo Ungu.

Urusan logo selesai. Kover album yang awalnya bergambar cewek seksi ditolak label. Pihak label takut album mereka nanti bermasalah jika memakai kover tersebut. Untuk mengusung dan menyamakan persepsi gothic dari kostum yang dipakai Ungu, maka sepakat diputuskan kover album kedua mereka akhirnya berupa kaki Enda yang memakai sepatu model new rock. “Semuanya cepat dirubah. Aku mengerjakan revisi cuma dalam waktu singkat. Karena sudah deadline banget,” kata Dedidude, orang yang juga membuat kover di album kedua Ungu.

Propaganda untuk menarik perhatian tidak hanya dilakukan dari segi fashion dan tampilan kover. Saat pembuatan video klip “Karena Dia Kamu” Ungu mencoba menarik perhatian pula dengan memanfaatkan trailer raksasa sebagai panggung untuk mereka membuat video klip. Ungu sempat membuat macet kawasan Thamrin, Sudirman, sampai Blok M. “Ide, yang intinya ingin mencari perhatian bagi album kedua mereka,” kata Panji, orang dibalik kreatif video Ungu yang memacetkan jalan itu. Kostum yang serba gelap dan klip yang cukup spektakuler membuat pamor Ungu mulai dilirik. Tujuan tercapai. Tapi yang terjadi adalah mereka masih merasa stuck dan kurang total berada dalam industri musik yang ada. Saat itu band seperti Padi, Cokelat, Sheila on 7 masih berjaya. Ungu masuk menjadi band kelas dua diantara mereka. Akhirnya mereka ingin kembali berubah. Berubah dalam fashion, dan bukan konsep musik. “Ternyata memakai baju gothic itu mahal saat laundry, belum lagi panas. Kebayang kalau tur panjang,” ujar Enda tentang keputusan Ungu untuk kembali ke gaya mereka yang casual. Saat itu mereka sepakat untuk memakai baju-baju dari distro yang memang  sedang menjadi trend kala itu.
Perubahan yang terjadi juga menyangkut manajemen. Sebelumnya Ungu berada dibawah manajemen Bar Production yang juga bertindak sebagai produser di album pertama dan kedua Ungu.  Nungky dari Bar Productions memberikan jawaban akan proses keluarnya Ungu tersebut. “Alasannya ada dua hal. Pertama katanya masalah finansial. Kedua katanya kami waktu itu sudah tidak fokus lagi mengurusi Ungu. Karena kami juga memiliki band Taboo dan yang lain.” Taboo adalah band bergaya Muse yang memiliki vokalis bernama Arie Untung yang sebelumnya dikenal sebagai VJ di MTV. “Tapi sejujurnya aku dan Makki itu sebenarnya klop banget. Dia sangat mengerti akan dunia finance karena dasarnya selain anak band dia adalah akunting juga. Dan aku mengerti bagaimana mengemas promosi sebuah band. Ya, mungkin memang sudah digariskan aku harus kembali ke jalur lawyer ya dan tidak mengurusi Ungu lagi. Tapi jujur, aku bangga dengan apa yang sudah merka raih saat ini. Mereka layak menerimanya,” kata Nungky dengan suara bergetar penuh haru. Sebuah pernyataan jujur dari orang yang pernah mendukung karir Ungu. Menurut Makki dan Enda proses keluarnya mereka dari Bar Productions karena sudah tidak satu visi lagi dengan mereka. Visi yang dicari Makki dan Enda ternyata ada pada Trinity Optima Productions. Trinity menjadi manajemen baru bagi Ungu. Awalnya Trinity yang berdiri tahun 2003 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang marketing communication dan promotion sebelum kemudian berkembang menjadi perusahaan rekaman seperti sekarang.
Saat Ungu kembali “normal” ke fashion lama mereka giliran sebuah tawaran muncul untuk mengisi lagu di sebuah film remaja. Sebuah film yang berjudul Buruan Cium Gue. Nasib kurang beruntung kembali menerjang mereka, film yang sempat beredar di pasaran itu akhirnya ditarik kembali karena dianggap tidak layak. Terlalu vulgar karena memamerkan konsepsi ciuman yang teramat vulgar. Akibatnya album juga ikut kena imbasnya. Gagal rilis di pasaran. Waktu itu lagu dari Ungu sebuah komposisi andalan berjudul “Ciuman Pertama” karya perdana Oncy di band yang baru dimasukinya itu. Juga ada lagu lain seperti “Muacch” dan tiga lagu lainnya, “Mengertilah”, “Dunia Menangis” dan “Bayang Semu” yang diambil dari album mereka sebelumnya.
Titik balik itu dialami Ungu saat hendak merilis album Melayang. Semua dilakukan dengan pemikiran mereka harus mempercayakan dan mulai mengajak orang lain selain mereka sendiri untuk mengerjakan album ketiga. Terpilihlah nama Krisna J. Sadrcah yang kebetulan saat itu statusnya memang pegawai di Hemaswara sebelum berubah nama menjadi Trinity. “Jujur kalau album Melayang itu kita tetap tidak berhasil kita mungkin akan bubar. Habis kami sudah sekian tahun masih semua biasa saja. Soundtrack ditolak. Album di Tribute Titiek Puspa kami juga nggak dibuatkan video klip. Juga yang Senyawa- Chrisye itu awalnya kami nggak dibuatkan klip. Kami merasa makin nggak pede. Sampai lagu Demi Waktu meledak dan di diterima kami sempat nggak percaya. Cuma memang kami mempersiapkan khusus untuk mengemas album ini. Yaitu dengan mengajak orang lain untuk terlibat. Salah satunya dengan Krisna J.Sadrach. Orang metal tapi bisa kawin dan menghasilkan lagu seperti “Demi Waktu” Itu luar biasa,” kata Pasha.
Siapa sich yang gk kneL ma Ungu..?
band yang digawangi oleh pasha sebagai vokalisnya nie, memank sering di jadikan idola ma anak muda. Terus terang sy jg slah satunya sich..(he,he,he....). Di sekolahq sj, lagu yg pling sering di puter ma tmn2q adlh lg yg d nyanyikan ma ungu. Tidak dpt di pungkiri lirik dan melodi cintanya dapat menghipnotis para pendengar lagunya. Blum lagi Lagu -Lagu RELIGINYA,,, Subhanallah.. Nyentuh banget di hati..
taw gak ungu punya sejarah yang unik lo...
Pengen tahu...??


UNGU? Kenapa?
Kenapa tidak? Itu jawaban kita sewaktu ditanya oleh orang-orang di sekitar kita. Nama UNGU sendiri kita sebutkan secara tiba-tiba ketika ditanya oleh seorang MC di sebuah event. Kita ingin orang-orang mengingat dengan mudah dan cepat menempel di otak, jadilah kami memberi nama band ini UNGU!

Awalnya UNGU?
UNGU terbentuk dengan sendirinya. Awalnya kita dari band yang berbeda, kebetulan sering latihan di studio yang sama dan akhirnya nge-jam bareng. Tidak hanya di studio, konsep nge-jam bareng ini dibawa juga ke panggung-panggung kecil sampai ke acara pensi sekolah di sekitar Tebet. Disitulah kita menemukan nama UNGU.

Bongkar pasang personil?
Mungkin tidak bisa dibilang bongkar pasang personil…. Hanya saja memang waktu itu personil UNGU berasal dari band yang berbeda-beda, jadi tidak heran kalau pada akhirnya mereka kembali lagi ke band asalnya. Barulah pada tahun 2000, UNGU punya personil tetap yaitu PASHA (vokal), ENDA (gitar), MAKKI (bass) dan ROWMAN (drum). ONCY (gitar) baru bergabung dengan UNGU setelah album pertama kita dirilis di tahun 2002.

LAGUKU, album perdana UNGU?
LAGUKU adalah album pertama UNGU yang dirilis tanggal 6 Juli 2002. Tapi sebelumnya, UNGU ikut mengisi 2 lagu di album kompilasi KLIK bersama Lakuna, Borneo, Piknik dan Energy. 2 lagu tersebut adalah Hasrat dan Bunga. 2 lagu ini pula lah yang kemudian memicu semangat UNGU untuk memiliki album sendiri.

Semua lagu diciptakan sendiri?
Dari awal UNGU naik panggung, kita selalu membawakan lagu-lagu yang diciptakan sendiri. Beruntung kita produktif dalam menciptakan lagu. Dan kita senang karena lagu-lagu yang kita ciptakan ternyata mampu diterima di telinga pendengarnya.

Setelah album LAGUKU?
Nggak nyangka! Pertama kita senang karena akhirnya punya album. Kedua karena single pertama “BAYANG SEMU” menjadi ost. sinetron ABG yang pada waktu itu tayang di RCTI mampu membawa UNGU berkeliling ke berbagai kota di Indonesia. Sepanjang tahun itu, UNGU tampil di hampir 100 panggung!

Lalu?
Kita mulai memikirkan album kedua. Materi album kedua mulai kita kumpulkan selama perjalanan tour ke seluruh Indonesia. Berat memang, kadang jenuh, apalagi ternyata deadline semakin dekat. Jadi lah UNGU bikin lagu dimana saja kita bisa. Di bis, pesawat, kapal, sepanjang perjalanan kita usahakan untuk menciptakan lagu.
Jadi kapan album kedua dirilis?
Judulnya kejar tayang… Album kedua dikerjakan dalam waktu yang lumayan singkat, cukup 3 minggu. Kerja keras memang, sering tidur di studio Hijau, telat makan karena ngejar jadwal take, tapi semua itu terbayar dengan selesainya album kedua kita, TEMPAT TERINDAH yang kemudian dirilis di awal tahun 2004.

Seru?
Sudah tentu… untuk membuat video klip dari single pertama kita “KARENA DIA KAMU” aja UNGU sampai rela ditangkap polisi karena membuat macet jalan protokol. Kenapa? Karena di video klip tersebut, UNGU main di atas trailer panjang yang berjalan mulai dari jalan thamrin, sudirman, semanggi sampai ke daerah senen… bisa dibayangkan betapa macetnya jalan hari itu hehehehe…. ?

Album kompilasi?
Diantara promo album kedua dan show di berbagai kota, UNGU juga menyempatkan diri untuk menciptakan dan menyanyikan lagu di luar album kita. Contohnya kita ikut menyumbangkan lagu “CIUMAN PERTAMA” untuk ost Buruan Cium Gue yang akhirnya harus ditarik dari peredaran. Kemudian UNGU juga mengaransemen ulang lagu “BIMBI” milik tante Titiek Puspa. Terakhir, UNGU dipercaya om Chrisye untuk menciptakan dan berduet di lagu “Cinta Yang Lain”.

Sempet mau bubar?
Hahahaha….. berantem sampai nggak saling komunikasi, sudah pernah kita jalani. Tapi justru hal-hal seperti itu yang membuat UNGU semakin kuat dan semakin erat juga semakin mengenal satu sama lain. Isu bubar yang beredar waktu itu, justru membuat kami ingin membuktikan kekuatan UNGU dengan album ketiga.

Jadi?
Yaa… Dirilis lah album ketiga “MELAYANG” di awal Desember tahun 2005. Dengan gambar sayap pesawat di cover album, UNGU ingin bisa terbang dan menerbangkan semua keinginan, cita-cita dan harapan kita berlima juga penikmat lagu UNGU.

Prestasi?
Album MELAYANG jadi salah satu pencapaian UNGU yang terbesar saat ini. Dengan pencapaian itu, UNGU punya target yang lebih besar lagi. Kekuatan lagu dan lirik “DEMI WAKTU” membuat album ini meraih Platinum Award di bulan pertama penjualannya. Padahal kami baru menerima Platinum Award untuk album “LAGUKU” setelah hampir 2 tahun album tersebut dirilis. Tidak lama setelah itu, UNGU kembali menerima Double Platinum Award untuk album MELAYANG. WOW! Kejutan yang menyenangkan buat kami berlima.

Merambah pasar asia?
Sebelum album MELAYANG dirilis, sudah ada 4 perusahaan rekaman dari Malaysia yang ingin mengedarkan album ini di negara jiran tersebut. Kebanggaan tersendiri buat UNGU karena akhirnya album Melayang juga dirilis di Malaysia awal Maret 2006. Dan ternyata sambutannya luar biasa...



Profil
Pasha
Vokalis
Sigit Purnomo Syamsudin Said
TTL: Donggala, 27 November 1979
E-mail: pasha@unguband.com
Gabung dgn Ungu: November 1998
Sebelumnya: dengan band lain
Alat musik: Drum, Bass, Rhytm Guitar
Tinggi/berat badan: 173cm/60kg
Musikus favorit: Makki, Gesang
Warna favorit: Biru
Lulusan: ABA-ABI
Istri: Okky Agustina Sofyan
Anak:            Kisya Alfaro Putra Sigit,
            Shakinah Adeliaputri Napasha

Onci
Gitaris
Arlonsy Miraldi
TTL: Palu, 2 Oktober 1981
E-mail: onci@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 2003
Sebelumnya: Funky Kopral
Alat musik: Guitar
Warna favorit: Hitam

Enda
Gitaris
Franco Medjaya Kusuma
TTL: Kudus, 4 Maret 1978
E-mail: enda@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 2001
Sebelumnya: ngamen di band lain
Alat musik: Guitar dll
Tinggi/berat badan: 178cm/62kg
Musikus favorit: Joe Satriani,
                            Doel Sumbang
Warna favorit: Biru, Kuning
Lulusan: Univ. Sam Ratulangi
Istri: Eka Nilestari
Anak: Azara Leona Lucida

Makki
Bassis
Makki Omar Parikesit
TTL: Jakarta, 23 Oktober 1971
E-mail: makki@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 1996 (founder)
Sebelumnya: Harris Ioni,
    Joint Session, Lovina,
    Studio Sessions
Alat musik: Bass, Drum, Guitar, Keys
Tinggi/berat badan: 173cm/80kg
Musikus favorit: Everyone @ Ungu,
                           Al Di Meola, Pastorius, Coltrane,
                           Django Reindhart
Warna favorit: Hitam
Lulusan: Indiana University, AS
Status: sudah menikah

Rowman
Drummer
M. Nur Rohman
TTL: Jakarta, 9 Januari 1974
E-mail: rowman@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 2001
Sebelumnya: band Garux
Alat musik: Drum
Musikus favorit: Metallica
Warna favorit: Oranye
Status: sudah menikah


Links